Culture is the national identity!!

Tafsir Bebas Sejarah Tari

Koreografer asal Prancis, Dominique Boivin tampil jenaka pada pertunjukan tari kontemporer di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat (11/4). Pertunjukan tari yang bertajuk “Tari, sebuah sejarah menurut caraku sendiri” ini menampilkan perjalanan sejarah tari dunia menurut Dominique.

Sejarah tari mungkin tak menarik jika dituturkan sejarawan. Tetapi seorang koreografer punya cara unik. Sejarah tari dalam peradaban manusia dikemas dalam pentas koreografi. Mulai dari tari primitif hingga hip hop masa kini.

Seorang koreografer, dan juga salah seorang pendiri kelompok tari Cie Beau Geste asal Prancis, Dominique Boivin, “bercerita” tentang sejarah tari lewat karyanya yang bertajuk “La Dansa, une histoire a ma facon, (Tari, Sebuah Sejarah Menurut Caraku Sendiri, Red), yang dipertunjukkan di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat (11/4).

Lewat karyanya tersebut, Dominique menggambarkan sejarah tari, sejak jaman prasejarah hingga masa kini, lewat pandangannya sendiri. Selama satu jam, sejak pukul 20.15 WIB, Dominique menari sambil sesekali bernarasi mengungkapkan perkembangan seni tari dari masa ke masa.

Ketakjelasan awal munculnya seni tari digambarkan lewat gerakan-gerakan yang tak beraturan. Ia memutar-mutarkan badannya, meloncat, mengayunkan tangan, dan menggerakkan kepala ke berbagai arah, mirip tarian masyarakat primitif.

Hingga akhirnya, pada satu titik, gerakan Dominique sedikit demi sedikit semakin terbentuk dengan jelas. Kemudian lewat keluwesan tubuhnya, ia “masuk” ke masa abad XVI. Menurut Dominique, saat itu seni tari mulai tertarik pada bentuk geometris.

Tarian pun mulai dilakukan secara berpasangan, antara laki-laki dan wanita. Tarian pun mulai mengandung gerakan-gerakan yang memukau penonton. Hingga akhirnya Dominique mengajak penonton memasuki abad XVIII.

Pada abad ini, ada seorang guru besar seni tari bernama Noverre. Dialah yang kemudian memperkenalkan balet (ballet d’action, Red), serta pantomim. Selanjutnya ia melemparkan pertanyaan pada penonton (mungkin pada dirinya sendiri, Red), “apakah tarian itu?”

Dominique menjabarkan jawaban dari pertanyaannya itu, dengan memvisualisasikan kerja keras seorang koreografer terkenal, Marie Taglioni. Dominique bercerita, bahwa pada tahun 1831, Marie Taglioni menghabiskan waktunya lebih dari dua jam dalam sehari untuk melatih keseimbangan tubuhnya, sehingga ia dapat berdiri tegak dengan satu kaki.

Kepuasan Penonton

Semua kerja keras itu, kata Dominique dilakukan Marie Taglioni untuk mencapai kesempurnaan dalam gerakan. Ini merupakan cara tradisional, namun membawa manfaat, dan memberi kepuasan kepada penonton.

“Kalau menurut saya tari adalah sebuah alat untuk mencapai suatu tujuan atau kepuasan,” katanya saat ditemui usai pertunjukan.

Selanjutnya, Dominique mengungkapkan perkembangan seni tari dari tahun 1841, 1892, akhir abad XIX, 1936, 1913, 1925, 1950-an, hingga masa kini, yang terjadi di Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Jerman, dan Prancis.

Lewat gerakan-gerakan tubuhnya dan dibantu dengan visualisasi gambar pada layar berukuran besar di atas panggung, Dominique bercerita, bahwa perkembangan seni tari di tiap-tiap negara berbeda. Termasuk ketika akhir abad XIX balet menjadi populer di Rusia, padahal saat itu di Eropa justru sebaliknya, balet mulai ditinggalkan.

“Saat itu selera publik dan koreografer berubah. Beberapa karya koreografer di Saint Petersbourg, Rusia, seperti Marius Petipa memberi kontribusi pada titik kulminasi pendidikan tari balet, saat ia menciptakan karya Swan Lake, Nut Cracker, dan Sleeping Beauty,” jelas Dominique.

Namun dalam “La Danse, une histoire a ma facon” yang telah dipertunjukkan di beberapa negara ini, Dominique tampak lebih menitikberatkan pada perkembangan seni tari di Amerika Serikat, ketimbang di negara asalnya, Prancis.

“Kalau dipetakan, sejarah seni tari memang berkembang dari Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Jepang, Prancis, dan lain-lain. Tapi hingga tahun 1950-an, saat di berbagai negara seni tari mengalami banyak perubahan, di Prancis, seni tari tetap pada gaya neo klasik,” ungkapnya.

Sampai kemudian tahun 1980-an, perkembangan seni tari di Prancis mulai mengalami “pergerakan”. Sebab, ketika itu pemerintah mulai membiayai seni dan budaya. “Ketika kami punya uang barulah kami bisa berkarya,” ungkapnya.

Dominique mengatakan, karyanya ini mulai diciptakan tahun 1994, namun hingga tahun 1999 terus mengalami penyempurnaan. Selama pertunjukan, Dominique banyak menggunakan alat-alat sederhana, seperti topeng, tongkat, sapu tangan, dan lain-lain.

“Saya berusaha menggunakan alat-alat sederhana, yang mudah ditemui dan dilihat orang,” ujarnya.

Hal tersulit dalam menciptakan karyanya ini, jelas Dominique, adalah membuat gerakan-gerakan yang tidak sama selama satu jam. Sekitar 3 juta gerakan tari telah ia ciptakan dalam menyempurnakan koreografinya kali ini.

Dominique mulai menari pada usia 6 tahun, dengan gaya tarian akrobat. Usia 10 tahun hingga 18 tahun, ia belajar tari klasik. Ia mulai belajar tari kontemporer dengan Carolyn Carlson. [Y-6]

Leave a comment